Review Film A Silent Voice. Pada 8 Agustus 2025, A Silent Voice (Koe no Katachi), anime Jepang karya Kyoto Animation yang dirilis pada 2016, kembali populer di Indonesia setelah ditayangkan ulang di beberapa bioskop independen di Jakarta dan Yogyakarta. Disutradarai Naoko Yamada dan diadaptasi dari manga karya Yoshitoki Oima, film ini mengisahkan Shoya Ishida, seorang pemuda yang berusaha menebus kesalahan masa lalunya setelah merundung Shoko Nishimiya, seorang gadis tuli, saat SD. Dengan narasi emosional dan visual memukau, film ini menyampaikan pesan kuat tentang pengampunan dan penerimaan diri. BERITA LAINNYA
Makna Film Ini
A Silent Voice mengeksplorasi tema bullying, penyesalan, dan proses penyembuhan emosional. Melalui perjalanan Shoya, film ini menggambarkan bagaimana tindakan masa lalu dapat meninggalkan luka mendalam, baik pada korban maupun pelaku. Hubungan antara Shoya dan Shoko menyoroti pentingnya empati, komunikasi, dan pengampunan dalam mengatasi trauma. Film ini juga mengangkat isu disabilitas, khususnya tantangan yang dihadapi penyandang tunarungu, serta perlunya inklusi sosial. Pesan utamanya adalah bahwa perubahan positif dimungkinkan melalui keberanian untuk menghadapi kesalahan dan membangun hubungan yang tulus.
Alasan Film Ini Layak Ditonton
Film ini wajib ditonton karena kepekaan emosional dan keindahan visualnya. Animasi Kyoto Animation menghadirkan detail ekspresif, dari gerakan bahasa isyarat Shoko hingga ekspresi wajah yang penuh makna. Pengisi suara, seperti Miyu Irino (Shoya) dan Saori Hayami (Shoko), memberikan performa yang menghanyutkan. Soundtrack karya Kensuke Ushio, dengan nada lembut namun kuat, memperdalam suasana. Durasi 130 menit terasa pas untuk mengeksplorasi dinamika karakter tanpa terburu-buru. Cocok untuk penggemar anime maupun penonton umum, film ini menawarkan refleksi mendalam tentang hubungan antarmanusia dan pertumbuhan pribadi.
Sisi Positif dan Negatif Dari Film Ini
Kelebihan A Silent Voice terletak pada narasi yang kuat dan penggambaran karakter yang realistis. Film ini berhasil menangkap kompleksitas emosi remaja, dari rasa bersalah hingga keinginan untuk memperbaiki diri. Penggunaan bahasa isyarat dan visualisasi perasaan Shoko menambah dimensi inklusif yang jarang ditemui di anime. Sinematografi, seperti adegan jembatan dan bunga kembang api, memukau secara estetis. Namun, kelemahannya adalah beberapa karakter pendukung, seperti teman sekelas Shoya, kurang dieksplorasi, membuat motivasi mereka terasa dangkal. Selain itu, beberapa penonton mungkin merasa alur cerita agak padat karena banyaknya tema yang diangkat.
Kesimpulan: Review Film A Silent Voice
A Silent Voice adalah karya anime yang menyentuh hati dengan pesan kuat tentang pengampunan, empati, dan penerimaan diri. Dengan animasi yang indah, performa suara yang memukau, dan narasi yang mendalam, film ini berhasil menggugah emosi tanpa terasa berlebihan. Meski ada kekurangan dalam pengembangan karakter pendukung, kekuatan cerita dan visualnya membuatnya tetap memikat. Penayangan ulang pada 2025 ini menjadi kesempatan emas untuk menikmati kembali kisah Shoya dan Shoko, yang mengajak kita merenungi pentingnya kebaikan dan perubahan dalam kehidupan. Film ini adalah pengingat bahwa setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua.