Review Film Ashfall

review-film-ashfall

Review Film Ashfall. Enam tahun setelah rilis, “Ashfall” masih jadi salah satu blockbuster Korea paling seru yang pernah ada. Tayang akhir Desember 2019, film bencana ini langsung pecah rekor dengan lebih dari 8 juta penonton di dalam negeri dan masuk daftar film Korea terlaris sepanjang masa. Disutradarai duo Lee Hae-jun dan Kim Byung-seo, durasi 128 menit ini campur aksi militer, humor khas Korea, dan efek bencana gunung berapi yang bikin jantungan. Hingga akhir 2025, film ini rutin masuk rekomendasi streaming saat musim liburan, terutama karena cast mewah: Lee Byung-hun, Ha Jung-woo, Ma Dong-seok, Jeon Hye-jin, dan Bae Suzy. Di tengah maraknya film bencana Hollywood, “Ashfall” bukti bahwa Korea bisa bikin disaster movie yang tak kalah megah, tapi tetap punya hati. BERITA BASKET

Plot yang Gila Tapi Masuk Akal: Review Film Ashfall

Cerita dimulai saat Gunung Baekdu di perbatasan Korea Utara dan China tiba-tiba meletus hebat, mengancam hancurkan seluruh Semenanjung Korea dalam hitungan hari. Satu-satunya cara selamatkan jutaan nyawa adalah picu letusan buatan terkontrol dengan bom nuklir yang tersimpan di fasilitas rahasia Korea Utara. Tim kecil elit dikirim: Kapten Jo In-chang (Ha Jung-woo) yang idealis tapi ceroboh, Profesor Kang (Ma Dong-seok) ahli geologi yang cuek, dan Lee Jun-pyeong (Lee Byung-hun) agen ganda Korea Utara yang misterius tapi jenius.

Misi mereka: masuk ke Pyongyang, ambil bom nuklir, lalu selamatkan dunia sebelum letusan terakhir. Plotnya penuh twist, dari pengkhianatan internal sampai momen heroik terakhir di terowongan bawah tanah. Yang bikin beda, film ini tak cuma soal ledakan – ada subplot lucu soal Jo yang sebentar lagi jadi ayah, dan hubungan rumit Jun-pyeong dengan istrinya (Jeon Hye-jin) yang sedang hamil. Hasilnya, cerita yang tetap seru meski durasinya panjang.

Aktor yang Jadi Nyawa Film: Review Film Ashfall

Ha Jung-woo bawa komedi ringan sebagai Jo, prajurit baik hati yang sering salah timing tapi akhirnya jadi pahlawan. Lee Byung-hun sebagai Jun-pyeong curi perhatian dengan aura dingin yang perlahan mencair – perannya kompleks, dari penutup mata satu sampai pengorbanan akhir yang bikin penonton terdiam. Ma Dong-seok, seperti biasa, bawa kekuatan fisik sekaligus humor; dialognya dengan Ha Jung-woo jadi sumber tawa terbesar.

Jeon Hye-jin sebagai istri Jun-pyeong tunjukkan akting emosional yang kuat lewat komunikasi radio, sementara Bae Suzy sebagai pemandu di Korea Utara tambah energi muda. Chemistry antar aktor ini yang bikin film terasa hidup, bahkan saat efek visual lagi dominan.

Efek Visual dan Tema Persatuan

Efek bencana di sini level Hollywood: letusan Baekdu, abu yang menutup langit Seoul, gedung runtuh, dan banjir lahar terasa nyata. Adegan mobil terbang karena tekanan letusan atau kota yang tertutup salju abu jadi momen paling mengesankan. Tapi yang paling kuat adalah pesan di baliknya: dalam bencana, batas Korea Selatan dan Utara jadi tak berarti. Film ini rilis pasca pertemuan puncak antar-Korea, jadi tema kerja sama dua negara terasa relevan dan penuh harapan tanpa terlalu didramatisasi.

Kesimpulan

“Ashfall” adalah blockbuster yang berhasil jadi lebih dari sekadar tontonan akhir tahun: seru, lucu, mengharukan, dan punya efek visual kelas atas. Ada bagian yang berlebihan, dialog kadang cheesy, dan plotnya memang predictable kalau sudah biasa nonton genre ini. Tapi semua itu tertutup oleh cast yang luar biasa dan pesan sederhana: saat dunia mau kiamat, yang tersisa cuma kemanusiaan. Enam tahun kemudian di akhir 2025, film ini tetap jadi pilihan tepat kalau ingin nonton sesuatu yang besar tapi tetap punya hati. Kalau kamu suka “The Wandering Earth” atau “Greenland”, “Ashfall” wajib masuk daftar – dan siap-siap teriak “ya Tuhan” berkali-kali.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *