Review Film Superbad. Pagi ini, 7 Oktober 2025, gelombang nostalgia Superbad masih bergulir setelah perayaan ulang tahun ke-18 film itu pada Agustus lalu, yang ditutup dengan live reading spesial di Los Angeles untuk penggalangan dana pertahanan imigran. Acara itu, di mana skrip asli dibacakan ulang oleh cast seperti Melissa Fumero dan sutradara Marvin Lemus, langsung viral di X dengan lebih dari 50 ribu mention, memicu rewatch massal di Netflix. Tak ketinggalan, buku baru Andrew Buss yang rilis Februari lalu, penuh cerita behind-the-scenes seperti alasan Emma Stone cat rambut pirang untuk perannya, tambah api diskusi. Dirilis 17 Agustus 2007 sebagai komedi remaja karya Greg Mottola dengan naskah Seth Rogen dan Evan Goldberg, Superbad bukan sekadar cerita pesta liar, tapi potret awkward transisi ke dewasa. Dengan box office $169 juta dari budget $20 juta, film ini tetap jadi benchmark genre, terutama di era Gen Z yang rewatch via TikTok challenge McLovin. Apa yang bikin ia abadi pasca-18 tahun? Kita ulas yuk. MAKNA LAGU
Apa Makna dari Film Ini: Review Film Superbad
Superbad adalah ode pahit-manis soal persahabatan remaja yang rapuh di ambang perpisahan, di mana Seth (Jonah Hill) dan Evan (Michael Cera)—dua sahabat gendut dan kurus—berjuang dapatkan alkohol untuk pesta akhir pekan demi kesan terakhir sebelum kuliah pisahkan mereka. Di balik kejar-kejaran kocak melawan polisi gila dan pesta berantakan, film ini ungkap ketakutan primal: kehilangan ikatan yang jadi identitasmu, dan tekanan jadi “dewasa” lewat seks serta pesta. Mottola, terinspirasi semi-otobiografis Rogen soal masa SMA mereka, gunakan Fogell (Christopher Mintz-Plasse) sebagai McLovin—si nerd dengan ID palsu—untuk simbolkan bagaimana kita pura-pura matang untuk diterima.
Lebih dalam, ini kritik halus terhadap maskulinitas toksik remaja: lirik kasar dan obsesi gadis bukan glorifikasi, tapi pengakuan bahwa humor crass sering sembunyikan insecurity. Bagian klimaks di mana Seth dan Evan bertengkar tapi rekonsiliasi, jadi metafor bahwa pertumbuhan bukan tinggalkan teman, tapi hadapi perubahan bareng. Di live reading Agustus lalu, Lemus bilang film ini relevan untuk imigran muda yang hadapi identitas ganda, mirip perjuangan karakter utama. Buku Buss tambah lapisan: Stone cat rambut karena casting director khawatir ia terlalu “nice girl” untuk peran party girl. Intinya, Superbad bilang: dewasa bukan soal pesta sukses, tapi bertahan lewat kekonyolan bareng sahabat.
Apa yang Membuat Film Ini Populer: Review Film Superbad
Superbad meledak karena campuran humor kasar yang relatable dengan hati yang hangat, plus cast breakout yang ikonik. Dibuat di era pre-social media, film ini tangkap esensi teen awkwardness—dari dialog improvisasi Hill-Cera yang terasa seperti curhat asli, sampai penampilan Mintz-Plasse sebagai McLovin yang lahir dari audisi gugup. Soundtrack eclectic campur 80s hit dan indie rock tambah vibe nostalgic, sementara visual handheld cam bikin terasa seperti home video pesta remaja. Debut di Sundance 2007 langsung dipuji Variety sebagai “raunchy yet heartfelt”, picu bidding war Sony.
Populeritasnya bertahan berkat timing: 2007, saat komedi seperti Knocked Up dominasi, Superbad shift genre ke arah lebih personal, jual 7 juta tiket AS saja. Di 2025, anniversary picu wave: TikTok video 5 fun facts raih jutaan views, sementara Reddit thread rewatch sebut “aged like wine” karena tak bergantung tren. Faktor Rogen sebagai produser via Apatow crew perbesar appeal—ia muncul cameo sebagai polisi, sambung ke universe Knocked Up. Di Instagram, post anniversary dapat 15 ribu likes, sementara X celebrate dengan meme McLovin. Singkatnya, populer karena ia tak cuma lucu, tapi juga cathartic: dorong penonton ingat kegagalan remaja mereka sebagai cerita sukses.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Superbad seperti pesta remaja: seru tapi berantakan, dengan kekuatan dan celah yang jelas. Sisi positifnya brilian: film ini masterclass coming-of-age yang seimbang humor crass dengan momen emosional, bikin relatable bagi siapa pun yang pernah awkward soal seks atau persahabatan. Performa Hill dan Cera—Hill sebagai loudmouth insecure, Cera sebagai sweet observer—jadi blueprint bagi komedi modern seperti Booksmart. Di era #MeToo, pesan soal consent dan vulnerability tambah relevan, seperti ulasan Common Sense Media yang puji “super funny” meski bawdy. Buku Buss ungkap bagaimana syuting foster brotherhood asli di cast, inspirasi proyek seperti live reading charity yang kumpul $50 ribu untuk imigran. Secara industri, suksesnya buka pintu bagi aktor muda seperti Stone, yang katanya cat rambut demi peran jadi turning point karir. Positifnya dominan karena ia hibur sekaligus heal, cocok untuk rewatch dewasa.
Tapi, ada kritik yang pantas. Humor kasar—penuh F-bombs dan obsesi payudara—bisa terasa dated dan sexist di 2025, di mana representasi perempuan seperti Jules (Stone) lebih sebagai trope daripada karakter mendalam. Beberapa thread Reddit sebut ending terlalu pat, abaikan konsekuensi alkohol underage yang glorify. Pacing juga lambat di tengah, dengan subplot polisi yang kadang distracting. Ulasan awal AVForums 2008 (masih dibahas) kritik over-reliance pada profanity yang numb setelah 90 menit. Meski begitu, kekurangannya minor: film ini lahir dari era itu, dan anniversary buktikan ia evolve jadi klasik yang debatable tapi enduring.
Kesimpulan
Superbad adalah legenda remaja yang lahir 2007 dan rayakan 18 tahun di 2025 lewat buku Buss, live reading charity, dan rewatch frenzy. Maknanya soal persahabatan di ambang perubahan, dibalut humor kasar yang heartfelt, bikin ia tetap gold standard teen comedy. Meski humor dated dan representasi kurang jadi batu sandungan, film ini pada dasarnya rayakan kegagalan sebagai jalan ke kedewasaan. Seperti McLovin yang pura-pura cool, Superbad ingatkan: kadang, pura-pura cukup untuk mulai nyata. Anniversary ini bukti warisannya kuat, dan kita tunggu apakah Rogen punya sekuel—atau cukup biarkan nostalgia pesta selamanya.