Review Film There Will Be Blood

review-film-there-will-be-blood

Review Film There Will Be Blood. Pada November 2025 ini, tepat 18 tahun setelah rilisnya, “There Will Be Blood” karya Paul Thomas Anderson kembali menyala di layar lebar berkat edisi restorasi 4K yang diputar ulang di festival film internasional, memicu gelombang esai tentang ambisi rakus di tengah krisis energi global. Film ini, adaptasi longgar dari novel Upton Sinclair “Oil!”, mengikuti perjalanan Daniel Plainview, seorang pengebor minyak yang haus kekuasaan selama dua setengah jam intens, dengan Daniel Day-Lewis dalam peran ikoniknya yang meraih Oscar. Bukan sekadar biografi kapitalis liar, ini alegori tajam tentang konflik antara agama, minyak, dan jiwa manusia—tema yang kian relevan saat transisi energi hijau benturkan minyak hitam lama. Dengan delapan nominasi Oscar dan kemenangan untuk Day-Lewis serta sinematografi, film ini tetap jadi patokan sinema Amerika, rating IMDb 8.2 yang stabil. Review ini selami lapisan-lapisannya, dari plot yang membara hingga dampak budayanya, agar Anda paham kenapa “There Will Be Blood” tak pernah pudar di era kita yang haus kekuasaan. INFO CASINO

Plot yang Membara dan Tak Terelakkan: Review Film There Will Be Blood

Plot “There Will Be Blood” adalah ledakan minyak yang lambat tapi dahsyat, dimulai dari 1898 di gurun California di mana Plainview jatuh dan bangkit dengan palu pertambangan, simbol awal ketangguhannya yang brutal. Sebagai pengebor independen, ia bangun kerajaan minyak melalui kecerdasan licik dan kekerasan fisik—patah tulang tak hentikan ambisinya, malah jadi bahan bakar. Cerita lompat ke 1911, saat Plainview temui H.W., anak yatim yang ia klaim sebagai “mitra bisnis”, dan tiba di Little Boston, desa kecil yang kaya cadangan hitam. Di sini, konflik memuncak dengan Eli Sunday, pendeta karismatik yang jual tanah suci untuk “membasuh” gerejanya, ciptakan duel antara kapitalisme sekuler dan fanatisme religius.

Pacing Anderson brilian: babak awal lambat seperti pengeboran manual, bangun ketegangan melalui kegagalan dan kemenangan kecil, sementara arc tengah meledak di sumur api yang ikonik—ledakan nyata yang bakar H.W. dan metafor bakar jiwa Plainview. Twist akhir, tanpa spoiler, ubah nada dari epik jadi konfrontasi pribadi yang mencekam, di mana ambisi jadi racun. Di 2025, plot ini terasa profetik: saat OPEC debat produksi, film ingatkan harga minyak tak hanya uang, tapi darah dan iman. Tak ada pahlawan atau penjahat murni; setiap langkah Plainview dorong siklus kehancuran, buat narasi ini seperti berita lama yang baru—gelap, tapi tak terelakkan, dengan runtime 158 menit yang terasa seperti meditasi panjang tentang nafsu tak terpuaskan.

Karakter yang Menggerogoti dan Ikonik: Review Film There Will Be Blood

Karakter di “There Will Be Blood” adalah minyak mentah yang lengket, dengan Daniel Plainview sebagai pusat yang Day-Lewis mainkan seperti opera solo—dari pria kasar berjanggut awal jadi tycoon botak yang paranoid, suaranya menggelegar seperti guntur, “I have a competition in me. I want no one else to succeed.” Evolusinya mengerikan: mulai sebagai opportunis yang lindungi H.W. seperti anak sendiri, pelan-pelan jadi monster isolasi yang tolak sentuhan manusia, simbol kapitalis yang korupsi jiwa. Day-Lewis, dengan metode akting ekstrem, bikin Plainview tak terlupakan—mata dinginnya saat deal tanah ungkap kekosongan di balik kekayaan.

Eli Sunday, Paul Dano yang ganda peran sebagai saudara kembar, adalah kontras sempurna: pendeta muda yang karismatik tapi manipulatif, pakai iman untuk rebut kekuasaan seperti Plainview pakai bor. Konflik mereka bukan duel fisik semata, tapi bentrokan ideologi—agama vs. ateisme materialis—dengan Eli yang pecah di akhir jadi cermin retak Plainview. Tokoh pendukung seperti H.W. (Dillon Freasier muda) tambah lapisan tragis, wakili korban ambisi dewasa. Anderson tak beri redemption; karakter ini rusak permanen, buat penonton gelisah tapi terpesona. Di era 2025 di mana CEO tech jadi “nabob baru”, Plainview terasa seperti Elon Musk versi 1900-an—menggerogoti, tapi magnetis, dengan chemistry Day-Lewis-Dano yang bikin setiap dialog terasa seperti ledakan.

Sinematografi dan Sound yang Epik

Sinematografi “There Will Be Blood” adalah pemandangan gurun yang haus, karya Robert Elswit yang tangkap skala epik dengan lensa anamorfik lebar—pemandangan sumur minyak di senja seperti lukisan Rembrandt, cahaya oranye bakar langit California yang tandus. Adegan pembuka, 15 menit tanpa dialog, difilmkan seperti dokumenter bisu: suara palu dan napas Plainview jadi simfoni keringat, bangun isolasi tanpa kata. Potong cepat saat ledakan sumur ciptakan chaos terkontrol, sementara close-up wajah Day-Lewis tangkap kerutan ambisi yang dalam.

Sound design brilian: musik Johnny Greenwood yang dissonan—violin mencicit seperti jeritan bor—dukung nada gelap, sementara suara alami seperti angin gurun atau jeritan api nyata tambah imersi. Editing Dylan Tichenor ketat, dengan transisi lambat yang biarkan ketegangan meresap, seperti saat Plainview minum susu di meja makan yang jadi momen absurd tapi simbolik. Di restorasi 2025, warna tanah merah lebih vivid, buat pengalaman IMAX terasa segar dan lebih mencekam. Teknik ini tak dominan; ia layani cerita, buat film bukan hanya dilihat, tapi didengar dan dirasakan—seperti minyak yang meresap ke tanah, tak bisa dibersihkan.

Kesimpulan: Review Film There Will Be Blood

“There Will Be Blood” tetap jadi monumen sinema di November 2025, dengan restorasi yang bukti kekuatannya sebagai alegori ambisi yang tak pernah usai. Plot membaranya, karakter menggerogotinya, dan sinematografi epiknya satukan jadi masterpiece yang gelap tapi memukau, delapan belas tahun kemudian. Meski lambat bagi yang suka aksi cepat, kekuatannya ada di kedalaman yang bikin renungkan harga sukses kita sendiri. Bagi fans drama Amerika atau siapa pun haus cerita tycoon tragis, ini wajib—rating: 9.2/10, layak ditonton di bioskop gelap. Di dunia di mana minyak hijau bentur hitam lama, film ini ingatkan: darah selalu mengalir, dan ambisi tak pernah kering.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *