Review Film Ghostbusters: Afterlife

review-film-ghostbusters-afterlife

Review Film Ghostbusters: Afterlife. Di September 2025, ketika nostalgia terus jadi bahan bakar utama perfilman Hollywood, Ghostbusters: Afterlife tetap menjadi pembicaraan hangat sebagai sekuel yang sukses menghidupkan kembali warisan franchise legendaris. Dirilis pada 19 November 2021 oleh Sony Pictures, film arahan Jason Reitman—putra Ivan Reitman, sutradara Ghostbusters orisinal 1984—mengambil pendekatan baru dengan nuansa petualangan keluarga yang sarat emosi. Dengan budget sekitar 75 juta dolar, film berdurasi 2 jam 4 menit ini meraup 204 juta dolar di box office global, sebuah pencapaian di tengah pandemi. Dibintangi Mckenna Grace sebagai Phoebe, Finn Wolfhard sebagai Trevor, dan Carrie Coon sebagai Callie, ditambah cameo dari Bill Murray, Dan Aykroyd, dan Ernie Hudson, Afterlife membawa proton pack ke generasi baru sembari menghormati akarnya. Kini, dengan sekuel Ghostbusters: Frozen Empire (2024) yang melanjutkan cerita, Afterlife terus dipuji karena menyeimbangkan nostalgia dan inovasi. Film ini seperti reuni dengan teman lama: penuh tawa, sedikit air mata, dan banyak hantu yang siap ditangkap, mengingatkan kita bahwa warisan Ghostbusters tak pernah benar-benar pudar. BERITA BOLA

Ringkasan Singkat Film Ini

Ghostbusters: Afterlife mengikuti keluarga Spengler yang pindah ke kota kecil Summerville, Oklahoma, setelah diusir dari apartemen mereka di Chicago. Callie, seorang ibu tunggal, bersama anak-anaknya—Phoebe, gadis jenius pecinta sains, dan Trevor, remaja yang terobsesi mobil—mewarisi peternakan tua dari mendiang Egon Spengler, kakek mereka yang tak pernah mereka kenal, anggota asli Ghostbusters. Di Summerville, Phoebe menemukan peralatan tua Egon, termasuk proton pack dan ghost trap, serta Ecto-1 yang berkarat. Bersama teman barunya, Podcast, dan guru seismologi Mr. Grooberson (Paul Rudd), Phoebe menyingkap aktivitas paranormal di tambang tua yang terkait dengan Gozer, entitas jahat dari film 1984.

Saat gempa misterius mengguncang kota, Phoebe dan Trevor, dibantu Podcast dan Lucky (Celeste O’Connor), memburu hantu, termasuk Muncher, makhluk logam pemakan besi. Mereka menemukan bahwa Ivo Shandor, pendiri tambang, merancang Summerville sebagai pusat kebangkitan Gozer, dengan bantuan Zuul dan Vinz Clortho. Callie dan Grooberson dirasuki oleh roh-roh ini, memicu kekacauan. Di klimaks, Phoebe memimpin tim untuk menghentikan Gozer di peternakan, menggunakan peralatan Egon. Kejutan besar datang saat trio Ghostbusters asli—Peter Venkman, Ray Stantz, dan Winston Zeddemore—muncul untuk membantu, diiringi penampakan roh Egon yang membantu Phoebe menutup portal Gozer. Film berakhir dengan keluarga Spengler merangkul warisan Egon, dan Winston berjanji membawa Ecto-1 kembali ke New York, membuka babak baru Ghostbusters. Cerita ini adalah perpaduan petualangan remaja, drama keluarga, dan aksi supernatural, dengan sentuhan humor dan hati yang khas franchise ini.

Kenapa Film Ini Sangat Populer: Review Film Ghostbusters: Afterlife

Ghostbusters: Afterlife sukses besar karena mampu menjembatani penggemar lama dan baru dengan cerdas. Dengan pendapatan 204 juta dolar global, film ini jadi salah satu hit pandemi, mencatat debut akhir pekan 44 juta dolar di AS. Skor Rotten Tomatoes 63% dari kritikus dan 94% dari audiens menunjukkan cinta penggemar yang kuat. Apa kuncinya? Pertama, nostalgia dieksekusi dengan hormat: cameo dari Murray, Aykroyd, dan Hudson, plus tribut emosional untuk Harold Ramis sebagai Egon, bikin penggemar orisinal menitikkan air mata. Kedua, pendekatan segar dengan fokus pada anak-anak—Phoebe sebagai pahlawan cerdas dan Trevor sebagai remaja relatable—menarik penonton muda yang kenal Stranger Things. Visual efek, dari proton stream yang memukau hingga desain Muncher yang kocak, diciptakan ILM dengan detail luar biasa, menambah daya tarik di bioskop IMAX.

Media sosial memperkuat popularitas: klip Phoebe menembak proton pack viral di TikTok, dengan hashtag #GhostbustersAfterlife capai jutaan views. Forum seperti Reddit penuh diskusi tentang koneksi ke film 1984, sementara meme Ecto-1 dan Paul Rudd banjiri X. Soundtrack yang menggabungkan skor Rob Simonsen dan lagu klasik seperti “Haunted House” menambah vibe retro. Di 2025, film ini tetap relevan berkat sekuel Frozen Empire dan rilis ulang Blu-ray 4K, plus merchandise seperti Funko Pop Phoebe. Afterlife sukses karena ia tak hanya mengulang formula lama, tapi menambahkan hati dan petualangan baru, menjadikannya warisan yang hidup untuk generasi TikTok sekaligus penggemar VHS.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini

Ghostbusters: Afterlife punya banyak kekuatan yang bikin penonton tersenyum lebar, tapi juga kelemahan yang terasa di beberapa sudut. Di sisi positif, film ini unggul dalam menggabungkan nostalgia dan inovasi. Performa Mckenna Grace sebagai Phoebe adalah jantungan cerita—ia cerdas, lucu, dan penuh emosi, menjadikan Spengler baru yang layak. Visual efek ILM memukau: pertarungan proton pack di ladang jagung terasa epik, dan desain hantu seperti Mini-Pufts lucu sekaligus creepy. Sentuhan keluarga, terutama hubungan Phoebe dengan roh Egon, bikin film ini lebih dari sekadar aksi—ada momen haru yang langka di blockbuster. Humor Paul Rudd dan Podcast (Logan Kim) ringan tapi efektif, seperti lelucon “asymmetrical book-stacking”. Pengarahan Jason Reitman terasa personal, dengan referensi halus ke ayahnya, menambah kedalaman emosional. Durasi 124 menit terasa pas, dengan pacing yang seimbang antara misteri, aksi, dan drama.

Namun, ada sisi negatif yang tak bisa diabaikan. Plotnya kadang terlalu bergantung pada nostalgia, dengan pengulangan Gozer sebagai villain terasa kurang orisinal—beberapa kritikus bilang ini seperti remake terselubung dari 1984. Karakter manusia seperti Callie dan Lucky kurang berkembang, sering jadi penutup samping dibandingkan Phoebe dan Trevor. Narasi Summerville terasa terisolasi, membuat skala ancaman Gozer kurang megah dibandingkan film sebelumnya. Beberapa penggemar di X keluhkan cameo Ghostbusters asli yang terasa dipaksakan, lebih untuk fan service daripada narasi. Representasi juga minim: meski Podcast dan Lucky beri diversity, fokus utama tetap pada cast kulit putih. Skor musik, meski solid, tak seikonik tema Ray Parker Jr. Meski begitu, kekurangan ini tak hapus pesona: film tetap jadi tontonan keluarga yang menyenangkan, meski bisa lebih berani keluar dari bayang-bayang orisinal.

Kesimpulan: Review Film Ghostbusters: Afterlife

Ghostbusters: Afterlife adalah surat cinta untuk penggemar lama sekaligus undangan untuk generasi baru, membuktikan bahwa proton pack masih bisa menyala terang. Dari ringkasan petualangan Spengler hingga popularitasnya yang didorong nostalgia dan aksi seru, film ini unggul dalam hati dan visual, meski plot klise dan karakter tipis jadi batu sandungan. Di September 2025, saat franchise ini terus melaju, Afterlife tetap jadi bukti bahwa Ghostbusters adalah tentang keluarga—baik yang di layar maupun yang menonton. Jika Anda ingin malam penuh tawa dan hantu, streaming di Netflix atau beli Blu-ray sekarang—siapa yang Anda panggil? Tentu saja, Ghostbusters.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *