Review Film Demon City

review-film-demon-city

Review Film Demon City. Jakarta, 1 Agustus 2025 – Demon City, film aksi Jepang yang dirilis Netflix pada 27 Februari 2025, menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar film laga. Disutradarai Seiji Tanaka dan diadaptasi dari manga Oni Goroshi karya Masamichi Kawabe, film ini mengikuti kisah Shuhei Sakata (Toma Ikuta), seorang pembunuh bayaran yang bangkit dari koma selama 12 tahun untuk membalas dendam pada geng Kimen-gumi yang membunuh keluarganya. Dengan durasi 106 menit, Demon City menawarkan aksi berdarah-darah dan koreografi pertarungan yang memukau, namun mendapat kritik karena kurangnya kedalaman cerita. Di Indonesia, film ini menarik perhatian pecinta genre aksi, meski menuai respons beragam karena narasinya yang dianggap klise. BERITA LAINNYA

Arti dan Makna Dari Film Ini
Demon City adalah kisah balas dendam klasik yang mengeksplorasi tema keadilan pribadi dan konsekuensi hidup di dunia kriminal. Sakata, yang kehilangan istri dan anaknya, menjadi simbol kegigihan manusia melawan tragedi, meski dengan cara yang brutal. Film ini juga menyentil ambisi kekuasaan melalui karakter Kimen-gumi, yang mengendalikan kota Shinjo dengan topeng setan ala teater Noh, mencerminkan sifat tersembunyi kejahatan. Namun, narasinya tidak mendalami aspek emosional atau psikologis Sakata, membuat pesan tentang kehilangan dan penebusan terasa dangkal. Meski begitu, film ini tetap menghibur dengan menonjolkan aksi sebagai inti cerita, menggambarkan bahwa balas dendam sering kali lebih tentang tindakan daripada refleksi.

Komentar Penonton Terhadap Film Ini
Penonton di Indonesia dan global memberikan tanggapan beragam. Penggemar aksi memuji adegan pertarungan, terutama sekuens tangga yang terinspirasi John Wick, dengan koreografi kreatif seperti penggunaan alat peraga ekstinguisher dan ekskavator. Soundtrack rock dari Tomoyasu Hotei juga mendapat pujian karena memperkuat nuansa intens. Namun, banyak penonton kecewa dengan alur cerita yang dianggap lemah dan karakter yang kurang berkembang. Di media sosial, beberapa menyebut film ini “menyenangkan tapi mudah dilupain,” sementara yang lain mengkritik adegan kekerasan terhadap anak sebagai elemen yang terlalu mencari sensasi. Meski begitu, penggemar genre laga seperti The Raid atau Kill Bill merasa puas dengan intensitas aksinya.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Secara positif, Demon City unggul dalam aksi dan visual. Koreografi pertarungan oleh Takashi Tanimoto menghadirkan ketegangan, dengan sekuens seperti pertarungan di pabrik yang memanfaatkan lingkungan secara kreatif. Sinematografi neon dan nuansa neo-noir memberikan estetika menarik, diperkuat oleh skor musik yang energetik. Penampilan Toma Ikuta sebagai Sakata juga solid, meski minim dialog, menonjolkan intensitas fisik. Di sisi negatif, naskah film ini terasa kosong, dengan dialog yang kaku dan plot yang penuh lubang, seperti kurangnya penjelasan tentang motif Kimen-gumi atau pemulihan ajaib Sakata dari koma. Karakter pendukung juga kurang tergali, membuat penonton sulit terhubung secara emosional. Adegan kekerasan berlebihan kadang terasa hanya untuk kejutan semata.

Kesimpulan: Review Film Demon City
Demon City adalah film aksi yang memanjakan penggemar genre laga dengan pertarungan brutal dan visual stylish, tapi gagal menyampaikan cerita yang mendalam. Meski menawarkan hiburan cepat dengan koreografi apik, kekurangan dalam pengembangan karakter dan narasi membuatnya sulit meninggalkan kesan abadi. Cocok untuk mereka yang mencari aksi tanpa henti, film ini tetap menjadi pengingat bahwa bahkan aksi terbaik membutuhkan cerita yang kuat untuk benar-benar bersinar. Demon City layak ditonton untuk penggemar genre, tapi jangan harapkan lebih dari sekadar tontonan penuh darah.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *