Review Film Inside Out. Hampir satu dekade sejak rilis perdananya pada 2015, Inside Out dari Pixar tetap jadi salah satu animasi yang bikin penonton ketawa sekaligus mewek. Disutradarai Pete Docter, film ini baru saja dapet sorotan lagi di 2025 berkat sekuelnya, Inside Out 2, yang rilis Juni 2024 dan langsung jadi hit, grossing $1.6 miliar global. Film pertama ini sendiri punya legacy kuat: box office $857 juta dari budget $175 juta, rating 98% di Rotten Tomatoes, dan Oscar 2016 untuk Best Animated Feature. Dengan pendekatan unik soal emosi manusia—diwakili karakter Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust—film ini ubah cara kita lihat perasaan, dari anak-anak sampe dewasa. Di tengah tren animasi 2025 yang penuh CGI megah, Inside Out tetep relevan karena pesan universalnya: semua emosi punya tempat. Media sosial di Reddit dan TikTok masih rame bahas scene ikonik seperti Bing Bong, apalagi pas sekuel bikin nostalgia naik. Artikel ini kupas ringkasan, alasan populer, plus sisi positif-negatif, biar kamu langsung pengen rewatch atau kenalin ke anak di rumah. BERITA VOLI
Apa Ringkasan Singkat dari Film Ini: Review Film Inside Out
Inside Out ceritain Riley, gadis 11 tahun yang pindah dari Minnesota ke San Francisco, bikin dunianya jungkir balik. Tapi cerita sebenarnya ada di dalam kepalanya, di mana lima emosi—Joy (Amy Poehler), Sadness (Phyllis Smith), Anger (Lewis Black), Fear (Bill Hader), dan Disgust (Mindy Kaling)—ngatur hidupnya dari markas otak. Joy, si optimis, biasanya pimpin, pastiin Riley bahagia dengan kenangan inti yang membentuk kepribadiannya, kayak pulau Hockey atau Goofball. Tapi pas pindah, Sadness mulai ganggu, bikin kenangan bahagia jadi sedih, dan konflik muncul saat Joy sama Sadness tersesat di labirin pikiran Riley.
Petualangan mereka liar: ketemu Bing Bong, temen imajiner Riley yang manis, jelajahi Dream Productions yang kayak studio Hollywood, sampe terjebak di Subconscious yang horor. Sementara itu, Anger, Fear, dan Disgust coba kendalikan Riley, tapi malah bikin dia murung, kabur dari rumah, dan hampir matiin kepribadiannya. Joy akhirnya sadar Sadness punya peran penting: bantu Riley ekspresikan duka biar bisa move on. Film berdurasi 95 menit ini campur komedi ringan, petualangan visual, dan drama emosional, dengan ending yang ngajarin kalau bahagia nggak lengkap tanpa sedih. Berdasarkan riset psikologi Docter soal anaknya, cerita ini sederhana tapi dalam, ngena buat semua umur.
Apa yang Membuat Film Ini Sangat Populer
Inside Out hits karena pendekatannya yang jenius: bikin konsep psikologi kompleks—emosi dan memori—jadi fun dan gampang dicerna. Visualisasi otak kayak kota futuristik, dengan roller coaster kenangan dan pulau kepribadian, bikin ide abstrak jadi nyata. Di IMDb, rating 8.1/10 dari jutaan votes dan ulasan bilang ini “Pixar’s smartest film,” apalagi karena nggak cuma buat anak tapi juga dewasa yang relate sama stress hidup. Sekuel 2024 bikin hype balik: Reddit thread Juli 2025 bahas “Bing Bong trauma” dapat 2.000 upvote, sementara TikTok penuh meme Joy-Sadness yang viral.
Voice acting bintang-bintang, dari Poehler yang ceria sampe Black yang eksplosif, bikin emosi hidup—fans di Letterboxd sebut “perfect casting.” Soundtrack Michael Giacchino, dengan piano lembut yang bikin scene sedih tambah ngena, juga jadi kunci. Film ini puji syukur buat semua emosi, terutama Sadness, yang bikin orangtua diskusi sama anak soal mental health—sesuatu yang jarang di animasi 2015. Box office sukses, Oscar win, dan masuk “Top 100 Films” Empire Magazine 2024 bukti daya tariknya. Nostalgia 2010-an plus relevansi abadi soal emosi bikin film ini tetep trending, apalagi pas sekolah global adopsi buat ajar anak kelola perasaan. Screening ulang di bioskop 2025 dan merch Bing Bong yang laris di Disney Store tambah bukti: ini klasik modern.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Kekuatan Inside Out ada di konsep orisinalnya: ngeliat emosi sebagai karakter bikin pembaca ngerti diri sendiri, dari anak sampe dewasa—Rotten Tomatoes kasih 98% karena “heart and mind in sync.” Animasi Pixar vibrant, dengan dunia otak yang kaya detail: dari Imagination Land yang warna-warni sampe Abstract Thought yang trippy. Pacing pas: 95 menit nggak kebanyakan drama, tapi cukup buat bikin nangis di scene Bing Bong—yang Ebert sebut “most heartbreaking Pixar moment.” Voice acting top, terutama Smith sebagai Sadness yang bikin penonton simpati. Pesan soal terima semua emosi, bukan cuma bahagia, revolusioner buat animasi, bikin film ini dipake psikolog buat terapi. Side character seperti Bing Bong tambah charm, dan narasi sederhana tapi emosional bikin rewatchable—cocok buat keluarga atau solo.
Tapi, ada kekurangan. Buat sebagian, plot terasa repetitif: Joy dan Sadness bolak-balik di pikiran Riley bisa bikin bosen, seperti ulasan Metacritic yang bilang “midsection drags.” Karakter Fear dan Disgust kurang fleshed out dibanding Joy-Sadness, bikin dinamika markas otak kurang seimbang—keluhan di Common Sense Media bilang “not all emotions equal.” Buat dewasa, cerita Riley kadang terasa oversimplified, lebih ke alat plot daripada karakter utuh, apalagi dibandingkan film Pixar lain seperti Up. Beberapa orangtua bilang tema emosi terlalu kompleks buat anak di bawah 7 tahun, meski PG rating. Meski begitu, minus ini nggak ganggu inti: film ini tetep masterpiece yang bikin hati hangat sambil mikir.
Kesimpulan: Review Film Inside Out
Inside Out adalah bukti Pixar bisa ubah sesuatu yang rumit kayak emosi jadi cerita yang bikin ketawa, nangis, dan mikir—dari ringkasan petualangan di otak, popularitas berkat visual cerdas dan pesan universal, sampe kekuatan narasi minus plot agak lambat, film ini tetep jadi salah satu animasi terbaik abad ini. Di 2025, saat mental health makin dibicarain, karya Docter ini ingetin: sedih sama pentingnya dengan senang. Kalau kamu belum nonton atau lupa, streaming sekarang—siapa tahu, Joy dan Sadness bantu kamu kenali diri sendiri. Rating: 9/10, wajib buat semua umur yang pengen cerita penuh hati.