Review Film Jumbo. Pada Lebaran 2025, bioskop Indonesia diramaikan oleh kehadiran Jumbo, sebuah film animasi karya Visinema Studios yang disutradarai Ryan Adriandhy. Film ini bukan hanya tontonan keluarga biasa, tetapi juga tonggak baru bagi industri animasi Indonesia. Mengisahkan petualangan Don, seorang anak yatim piatu yang berjuang melawan perundungan, Jumbo memadukan visual memukau dengan narasi emosional tentang persahabatan, keberanian, dan penyembuhan luka batin. Dengan durasi 102 menit, film ini berhasil mencuri hati penonton dan menjadi film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa. Artikel ini mengulas keunggulan Jumbo dari aspek visual, cerita, dan dampaknya, dengan sorotan pada elemen lokal yang membuatnya begitu istimewa. BERITA BOLA
Visual yang Memukau dan Bernuansa Lokal
Salah satu daya tarik utama Jumbo adalah kualitas animasinya yang setara dengan produksi internasional. Dengan melibatkan lebih dari 420 kreator selama lima tahun, film ini menampilkan detail visual yang luar biasa, mulai dari tekstur kain, pantulan cahaya, hingga suasana kampung yang kental dengan nuansa Indonesia. Warna-warna pastel dan palet cerah menciptakan atmosfer hangat yang mengingatkan pada dongeng pengantar tidur, sementara latar seperti perayaan 17 Agustus, panjat pinang, dan gang sempit menghadirkan nostalgia bagi penonton dewasa.
Animasi Jumbo berhasil menyeimbangkan elemen fantasi dengan realisme lokal. Misalnya, penggambaran Kampung Seruni dengan budaya gotong-royong dan permainan tradisional seperti kasti mencerminkan kehidupan anak-anak Indonesia era 2000-an, bebas dari pengaruh gadget. Detail kecil seperti karat pada besi atau rambut kusut karakter menunjukkan perhatian teliti tim produksi, menjadikan Jumbo sebagai karya yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga autentik secara budaya.
Narasi Emosional yang Universal
Cerita Jumbo berpusat pada Don, seorang anak bertubuh besar yang sering diejek dengan julukan “Jumbo.” Buku dongeng peninggalan orang tuanya menjadi sumber inspirasi baginya untuk mengikuti pentas seni lokal, meski rencananya terhambat oleh perundungan dan pencurian buku tersebut. Bersama sahabatnya, Nurman dan Mae, serta Meri, seorang arwah anak yang mencari orang tuanya, Don menjalani petualangan penuh makna yang mengajarkan tentang empati, keberanian, dan pentingnya menepati janji.
Narasi Jumbo menonjol karena kemampuannya mengemas tema berat seperti kehilangan dan perundungan dalam cara yang ramah anak, tanpa mengurangi kedalaman emosional. Film ini tidak menghadirkan karakter yang sempurna; Don, misalnya, memiliki sisi egois yang membuatnya relatable sebagai anak-anak pada umumnya. Elemen supranatural, seperti kehadiran Meri, dikemas dengan sentuhan fantasi yang lembut, mengingatkan pada Casper, sehingga tidak terasa menakutkan. Lagu-lagu seperti “Kumpul Bocah” oleh Vina Panduwinata dan “Selalu Ada di Nadimu” oleh Bunga Citra Lestari menambah lapisan emosional, terutama pada adegan penutup yang mengharukan.
Kekuatan Pengisi Suara dan Musik: Review Film Jumbo
Pengisi suara Jumbo menjadi salah satu elemen pendukung yang memperkaya pengalaman menonton. Prince Poetiray sebagai Don berhasil menghadirkan karakter yang menggemaskan sekaligus penuh semangat, sementara Yusuf Ozkan dan Graciella Abigail sebagai Nurman dan Mae menambah dinamika persahabatan yang hangat. Suara artis ternama seperti Bunga Citra Lestari, Ariel NOAH, dan Ratna Riantiarno sebagai Oma memberikan kedalaman emosional pada karakter dewasa. Musik dalam film ini juga patut diacungi jempol, dengan aransemen yang mendukung alur cerita dan membangkitkan nostalgia, terutama bagi penonton dewasa.
Dampak dan Kontroversi: Review Film Jumbo
Jumbo mencatatkan sejarah dengan meraih lebih dari 10 juta penonton pada hari ke-63 penayangannya, melampaui Frozen 2 sebagai film animasi terlaris di Indonesia dan KKN di Desa Penari sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa. Keberhasilan ini membuktikan potensi industri animasi lokal untuk bersaing di kancah global, dengan rencana penayangan di 17 negara, termasuk Rusia dan Turki. Namun, film ini juga menuai kritik karena kehadiran elemen supranatural yang dianggap tidak sesuai untuk anak-anak. Meski demikian, banyak yang membela bahwa elemen ini dikemas dengan baik sebagai bagian dari imajinasi anak, bukan horor, dan orang tua dapat menjelaskan konteksnya kepada anak.
Penutup: Review Film Jumbo
Jumbo adalah bukti bahwa animasi Indonesia mampu menghadirkan karya berkelas dunia yang kaya akan makna. Dengan visual yang memukau, narasi yang emosional, dan sentuhan lokal yang autentik, film ini berhasil menarik hati penonton dari berbagai kalangan. Pesan tentang persahabatan, keberanian, dan penyembuhan luka batin disampaikan dengan cara yang sederhana namun mendalam, menjadikan Jumbo lebih dari sekadar film anak-anak. Ini adalah perayaan kreativitas anak bangsa yang layak diapresiasi, sekaligus pengingat bahwa setiap cerita, sekecil apa pun, pantas didengar. Bagi siapa saja yang mencari tontonan keluarga yang hangat dan bermakna, Jumbo adalah pilihan yang sempurna.