Review Film: Steel Frontier 2025

Review Film: Steel Frontier

Review Film: Steel Frontier 2025 Kembalinya cult classic B-movie tahun 1995 ini ternyata jauh lebih ganas, lebih kotor, dan jauh lebih menghibur daripada yang banyak orang prediksi. Disutradarai oleh orang gila bernama Roel Reiné (yang dulu bikin Death Race 2 & Hard Target 2), Steel Frontier 2025 adalah remake sekaligus reboot yang tidak takut memeluk akar trash-nya sambil menyuntikkan budget dan teknologi modern.

Dunia Gurun yang Lebih Gila dari Mad Max

Cerita masih mengikuti Yuma (kini diperankan oleh Karl Urban dengan brewokan tebal dan tatapan “sudah lelah dengan dunia”), mantan tentara yang berkeliaran di gurun California pasca-perang nuklir kecil-kecilan. Ia terpaksa turun tangan ketika bertemu koloni terakhir yang dikuasai warlord sadis bernama Kavanaugh (Dave Bautista dalam mode full psycho). Yang baru: dunia kini dipenuhi senjata laser bekas militer, motor bertenaga jet, dan mobil-mobil monster yang benar-benar dibangun dari tank dan truk tambang. (berita basket)

Aksi yang Benar-Benar Tidak Punya Rem

Film ini langsung gaspol dari menit pertama: Yuma menyelamatkan seorang gadis dari eksekusi dengan cara meledakkan truk bensin pakai roket buatan sendiri. Selama 97 menit berikutnya kita disuguhi balapan motor di tengah badai pasir, duel pistol laser di reruntuhan Las Vegas, sampai pertarungan satu lawan satu di atas tank raksasa yang berjalan sendiri. Semua stunt nyata, semua ledakan nyata, semua darah palsu berliter-liter. Roel Reiné memotret semuanya dengan gaya gritty 80-an tapi warna neon 2025 – hasilnya terlihat seperti Fury Road ketemu Escape from New York setelah minum Red Bull berbotol-botol.

Karl Urban dan Dave Bautista yang Menikmati Setiap Detik

Urban memainkan Yuma sebagai pria pendiam yang sudah mati di dalam, tapi tetap lucu dalam cara sarkastiknya. Bautista sebagai Kavanaugh? Dia menikmati peran jahat ini lebih dari Thanos – teriak-teriak sambil memotong tangan orang dengan kapak bergerigi, lalu tertawa ngakak. Chemistry keduanya di klimaks pertarungan tangan kosong di atas tank yang terbakar adalah salah satu momen paling memuaskan tahun ini.

Nuansa Kultus yang Sengaja Dipertahankan

Dialog cheesy (“Welcome to tomorrow… it sucks!”), praktis efek darah yang berlebihan, dan soundtrack synth-metal yang menggelegar – semuanya disengaja. Film ini tahu dirinya sampah yang indah, dan bangga akan hal itu.

Kesimpulan Review Film: Steel Frontier 2025

Steel Frontier 2025 adalah film aksi paling murni dan paling tidak berpretensi tahun ini. Tidak ada pesan moral dalam, tidak ada drama keluarga, hanya 107 menit penuh bensin, peluru, dan tawa jahat. Kalau Anda rindu film aksi era 90-an yang tidak peduli kritik dan hanya ingin menghibur sampai otak mati rasa, ini adalah jawaban doa Anda. Nonton di bioskop kalau bisa – suara ledakan tanknya bikin kursi bergetar, dan penonton pasti tepuk tangan tiap ada kepala meledak. Kultus baru sudah lahir.

review film lainnya….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *