Review Film Jason Bourne

review-film-jason-bourne

Review Film Jason Bourne. Film Jason Bourne yang dirilis pada 2016 kembali menjadi perbincangan di akhir 2025 ini, terutama dengan popularitasnya yang melonjak di platform streaming dan rumor sekuel baru. Disutradarai oleh Paul Greengrass, ini adalah installment kelima dalam seri Bourne, dengan Matt Damon kembali sebagai agen rahasia yang hilang ingatan. Cerita berfokus pada Bourne yang keluar dari persembunyian untuk mengungkap rahasia masa lalu ayahnya, sambil dikejar CIA. Dengan durasi sekitar 123 menit, film ini meraup lebih dari 415 juta dolar secara global, meski resepsi kritis campur aduk dibanding trilogi awal. INFO CASINO

Alur Cerita dan Penampilan Karakter: Review Film Jason Bourne

Jason Bourne melanjutkan langsung dari film sebelumnya, di mana Bourne hidup tersembunyi sambil ikut pertarungan bawah tanah. Ia ditarik kembali saat mantan rekan Nicky Parsons mencuri data CIA yang mengungkap keterlibatan ayah Bourne dalam program rahasia. Direktur CIA Robert Dewey, diperankan Tommy Lee Jones, memerintahkan pemburuan, dibantu Heather Lee yang ambisius dari Alicia Vikander. Villain utama adalah The Asset, assassin kejam yang diperankan Vincent Cassel dengan motif pribadi. Matt Damon tampil solid sebagai Bourne yang lebih pendiam—hanya sekitar 25 dialog—tapi penuh intensitas. Penampilan pendukung seperti Julia Stiles sebagai Nicky dan Riz Ahmed sebagai pengusaha tech menambah lapisan konspirasi modern tentang privasi digital.

Aksi dan Gaya Sinematografi: Review Film Jason Bourne

Kekuatan utama film ini adalah sequence aksi realistis khas Greengrass, dengan shaky cam yang intens dan stunt praktikal. Adegan kejar-kejaran di Athena saat kerusuhan, pertarungan brutal di London, hingga chase mobil epik di Las Vegas terasa mendebarkan dan grounded. Sinematografi menangkap kekacauan nyata, tanpa bergantung berlebih pada efek digital. Musik dari John Powell dan David Buckley, termasuk versi baru “Extreme Ways”, memperkuat nuansa tegang. Namun, gaya editing cepat ini kadang membuat adegan terasa berlebihan dibanding trilogi sebelumnya yang lebih tajam.

Perbandingan dengan Film Sebelumnya dan Relevansi Kini

Dibanding trilogi klasik, Jason Bourne terasa lebih repetitif—kembali ke tema konspirasi CIA dan pengungkapan masa lalu—tanpa inovasi besar seperti di Supremacy atau Ultimatum. Tema surveillance dan privasi data terasa aktual, tapi dieksekusi kurang dalam. Di akhir 2025, film ini naik daftar streaming, menarik penonton baru yang menghargai aksi realistis di era efek berat. Meski kritik menyebutnya unnecessary dibanding trilogi, ia tetap menghibur sebagai thriller spy modern.

Kesimpulan

Jason Bourne adalah kembali yang solid meski tak sebrilian trilogi awal. Dengan aksi memukau, penampilan kuat Damon, dan sentuhan isu kontemporer, film ini berhasil hibur dan untung besar. Namun, plot yang familiar membuatnya kurang berkesan dibanding pendahulu. Di tengah rumor franchise baru, Jason Bourne tetap layak ditonton ulang sebagai spy thriller intens yang menjaga esensi grounded seri ini, cocok bagi penggemar aksi cerdas tanpa drama berlebih.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *