Review Film Wonder Woman

review-film-wonder-woman

Review Film Wonder Woman. Dirilis pada 2 Juni 2017, Wonder Woman menjadi tonggak penting dalam DC Extended Universe (DCEU), menghadirkan film solo pertama untuk superhero wanita ikonik, Diana Prince, yang diperankan oleh Gal Gadot. Disutradarai oleh Patty Jenkins, film ini meraup lebih dari $821 juta di box office global dan mendapat pujian karena narasi yang kuat dan representasi perempuan yang inspiratif. Di tengah perayaan ulang tahun kedelapan pada 2025, Wonder Woman tetap relevan sebagai salah satu film superhero terbaik, dengan rilis ulang versi 4K yang menarik perhatian penggemar. Apa cerita film ini, mengapa layak ditonton, dan apa kelebihan serta kekurangannya? Berikut ulasannya. BERITA BASKET

Ringkasan Singkat Mengenai Film Ini
Wonder Woman mengisahkan asal-usul Diana, putri dari Themyscira, sebuah pulau tersembunyi yang dihuni oleh suku Amazon. Dibesarkan sebagai pejuang oleh ibunya, Ratu Hippolyta (Connie Nielsen), Diana menjalani kehidupan damai hingga pilot Amerika, Steve Trevor (Chris Pine), mendarat di pulau itu pada masa Perang Dunia I. Mengetahui dunia sedang dilanda perang, Diana percaya bahwa dewa perang Ares adalah dalangnya. Ia meninggalkan Themyscira bersama Steve untuk menghentikan konflik, menemukan kekuatan sejatinya sebagai Wonder Woman, dan menghadapi ancaman Ares (David Thewlis). Dengan durasi 2 jam 21 menit, film ini menggabungkan aksi epik, romansa, dan tema tentang kemanusiaan serta pengorbanan.

Apa yang Membuat Film Ini Bagus Untuk Ditonton
Wonder Woman menawarkan pengalaman sinematik yang memukau dengan perpaduan aksi, emosi, dan inspirasi. Adegan “No Man’s Land,” di mana Diana berjalan melintasi medan perang dengan perisai dan Lasso of Truth, adalah salah satu momen superhero paling ikonik, menampilkan keberanian dan kekuatan karakternya. Gal Gadot menghidupkan Diana dengan pesona, kekuatan, dan kerentanan yang membuatnya relatable. Chemistry antara Gadot dan Chris Pine sebagai Steve Trevor menambah sentuhan romansa yang tulus, memberikan keseimbangan pada narasi perang.

Skor musik karya Rupert Gregson-Williams, terutama tema Wonder Woman yang diadaptasi dari karya Hans Zimmer, memperkuat intensitas setiap adegan aksi. Film ini juga menarik karena latar Perang Dunia I yang jarang dieksplorasi dalam genre superhero, memberikan nuansa segar dibandingkan latar modern. Cerita tentang perjuangan Diana untuk memahami kompleksitas kemanusiaan—cinta, keberanian, dan kejahatan—menjadikan film ini relevan untuk penonton dari berbagai usia, terutama mereka yang mencari kisah pemberdayaan perempuan.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Sisi positif Wonder Woman terletak pada penyutradaraan Patty Jenkins yang visioner dan penampilan Gal Gadot yang luar biasa. Jenkins berhasil menghadirkan keseimbangan antara aksi epik dan emosi yang mendalam, menjadikan Diana sebagai simbol harapan tanpa terasa klise. Adegan aksi, seperti pertempuran di Themyscira dan No Man’s Land, dikoreografikan dengan apik, didukung oleh sinematografi yang memukau. Representasi perempuan yang kuat, baik melalui Diana maupun Amazon lainnya, menjadi terobosan dalam genre superhero yang didominasi laki-laki. Chemistry Gadot dan Pine, ditambah humor ringan, membuat film ini mudah dinikmati.

Namun, film ini tidak luput dari kekurangan. Babak ketiga, khususnya pertarungan melawan Ares, dikritik karena efek CGI yang berlebihan dan antiklimaks dibandingkan intensitas narasi sebelumnya. Penggambaran Ares sebagai penutup konflik juga terasa terlalu sederhana, mengurangi kompleksitas tema kemanusiaan yang dibangun di awal. Beberapa penonton merasa pacing di bagian tengah agak lambat, terutama saat Diana dan Steve menjelajahi London. Selain itu, beberapa subplot, seperti peran Dr. Maru (Elena Anaya), kurang tergali, membuat karakternya terasa kurang impactful.

Kesimpulan: Review Film Wonder Woman
Wonder Woman adalah film superhero yang kuat dan inspiratif, menghadirkan kisah asal-usul Diana Prince dengan aksi epik dan emosi yang mendalam. Penampilan Gal Gadot, penyutradaraan Patty Jenkins, dan momen ikonik seperti No Man’s Land menjadikan film ini wajib tonton, terutama dengan rilis ulang versi 4K pada 2025. Meski babak ketiga dan pacing memiliki kelemahan, kelebihan seperti representasi perempuan yang kuat dan chemistry antar karakter mengatasi kekurangan tersebut. Film ini tidak hanya menjadi tonggak penting bagi DCEU, tetapi juga simbol pemberdayaan yang relevan hingga kini. Bagi penggemar superhero atau mereka yang mencari cerita tentang keberanian dan kemanusiaan, Wonder Woman tetap menjadi karya yang tak boleh dilewatkan.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *